Awam Harus Hati-Hati, Jangan Sebar Isu Ini Di Internet

Cepatnya perkembangan teknologi isu dikala ini, hampir tak terbendung. Semua informasi, yang walaupun berada ditempat yang sangat-sangat jauh, hanya dalam hitungan detik telah hingga pada kita.


Hati-Hati, Jangan Sebar Informasi Ini di Internet

Cepatnya perkembangan teknologi isu dikala ini Awam Harus Hati-Hati, Jangan Sebar Informasi Ini di Internet

Didunia yang serba cepat ini, kita dituntut untuk mengikuti perkembangannya, bila ingin tetap bisa bertahan didunia yang serba teknologi isu ini.

Kehidupan yang dulu sangat konvensional, berubah drastis menjadi serba digital. Mulai dari yang terkecil hingga hal yang besar.

Sebut saja, dikehidupan sehari-hari kita, dulu dalam dunia yang konvensional dan manual, kita harus bertemu dan berkumpul untuk bisa saling bercengkrama satu dengan yang lainnya.


Jangan Sebar Semua Informasi Pribadi Anda di Internet


Akan tetapi sekarang, cukup dengan satu perangkat kita sudah bisa saling bekerjasama satu dengan yang lainnya, dan bahkan bisa bekerjasama secara masal.

Transportasi umum yang serba digital, peralatan rumah tanggal yang juga serba digital, apalagi menyangkut dengan pekerjaan. Hampir semua jenis pekerjaan kini telah menerapkan teknologi informasi.


Pesatnya perkembangan teknologi informasi, memaksa kita untuk lebih kreatif dan lebih berpikir secara digital.

Selain banyak manfaat yang kita dapat, terlalu banyak juga pengaruh negatif yang juga harus kita hadapi.

Kali ini, saya ingin mengajak semua orang awam untuk berfikir secara digital, berfikir kritis, dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi.

Saya yakin, kita semua selalu bekerjasama dengan internet, atau dunia maya, baik itu relasi sosial maupun relasi bisnis dan ekonomi serta pekerjaan.

Akan tetapi, pernahkah kalian berfikir atau setidaknya merasa bahwa kita secara tanpa sadar menelanjangi isu langsung kita sendiri di dunia maya?

Sebagai contoh, dikala kalian menciptakan sebuah email pribadi, bukankah kita diharuskan untuk mengisi tanggal lahir, daerah lahir, alamat, dan data langsung lainnya.

Dan dalam opsi untuk mengembalikan apabila kita lupa password kita diharuskan menciptakan suatu pertanyaan rahasia?

Seperti, daerah lahir ibu kandung, sekolah pertama kita, guru pertama kita, olah raga favorit kita, masakan favorit, tempat-tempat yang berkesan dalam hidup kita, nama kecil ibu kandung kita dan lain sebagainya.

Sadarkah kalian bahwa dengan mengisi semua data-data tersebut, tanpa sadar kita menelanjangi isu langsung kita?

Pernahkah kita berpikir bahwa data-data langsung kita bisa saja dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu atau oleh organisasi-organisasi tertentu yang bahkan mungkin akan menjadikan dampak jelek terhadap kita?

Atau pernahkah kita berpikir bahwa data-data langsung kita nantinya akan dimanfaatkan oleh para kriminal cyber?

Saya yakin, tidak semua dari kita bisa berfikir hingga sejauh itu. Karena, intinya kita sudah terbius oleh kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi isu itu sendiri.

Hingga menciptakan kita lupa akan ancaman yang mungkin timbul dari apa yang pernah kita berikan didalam dunia maya atau internet.

Dengan data langsung kita yang tersebar luas di internet, memperlihatkan fasilitas bagi pelaku kejahatan cyber untuk berbuat kejahatan dengan mengatasnamakan kita, atau dengan kata lain memakai identitas kita.

Sebagai contoh, pelaku kejahatan cyber akan dengan sangat gampang berpura-pura menjadi diri kita, atas dasar isu yang telah kita berikan di internet.

Dengan berpura-pura menjadi kita, para pelaku kejahatan ini hasilnya memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan teman-teman kita yang pada hasilnya menipu teman-teman kita dengan menjadi diri kita, dan kita lah yang menjadi korban.

Social Media yang telah menjadi jati diri kedua dari penggunanya, merupakan sarana yang sangat terbuka bagi pelaku kejahatan cyber dalam melancarkan aksinya.

Sering kita dengar penculikan, pembunuhan, pemerkosaan, penipuan dan perampokan yang terjadi dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan memanfaatkan jejaring sosial, menyerupai facebook, twitter, bbm, whatsapp, dan lain sebagainya.

Jika seseorang dengan gampang mendapat isu wacana diri kita, menyerupai daerah lahir, tanggal lahir, sekolah dan daerah kuliah kita, maka aplikasi jejaring sosial menyerupai facebook dan twitter dengan sendirinya akan merekomendasikan sobat menurut daerah lahir kita, sekolah kita dan pekerjaan kita.

Yang pastinya, dengan berpura-pura menjadi kita di jejaring sosial seorang pelaku kejahatan dengan gampang berteman dengan daftar dari teman-teman kita, dan menciptakan mereka percaya bahwa pelaku kejahatan itu yaitu kita.

Dan tentu saja, selanjutnya mereka pelaku kejahatan cyber ini tinggal melancarkan aksinya.

Belum lagi dengan mudahnya seseorang membobol akun-akun langsung kita menyerupai email, jejaring sosial dan sebagainya.

Sebagai contoh, di Jejaring Sosial semacam Facebook, kita dengan secara terbuka dan terang-terangan mengupload foto-foto langsung kita, bawah umur kita, status relasi kita, foto suami atau istri kita.

Juga menciptakan mengupload tag daerah atau lokasi keberadaan kita, daerah favorit kita, restoran favorit, gym favorit, destinasi wisata favorit, dan lain sebagainya.

Bahkan dari daftar sobat facebook saya sendiri, banyak saya dapati mereka meng upload foto dan daerah kelahiran dari bawah umur mereka, yang bahkan sampai-sampai dengan nama dokternya sendiri di upload.

Juga ada teman-teman daftar facebook saya yang mengupload atau memperlihatkan isu wacana klub sepakbola favoritnya, atau kendaraan beroda empat favorit dan pertamanya.

Yang tanpa sadar, bahwa kita telah mengungkapkan semua jati diri kita, tanpa sadar kita membagikan isu langsung kita.

Seorang penjahat cyber dalam hal ini hacker, akan dengan sangat gampang sekali dalam membobol akun email ataupun jejaring sosial kita.

Karena atas ketidak tahuan dan ketidaksadaran kitalah kita membagikan dan memperlihatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan keamanan akun kita.

Mungkin ada dari kalian yang membuatkan foto kelahiran anak pertama, beserta tempat, tanggal, rumah sakitnya, dokternya dan lain sebagainya.

Dan tanpa kau sadari bahwa keamanan akun dari email ataupun jejaring sosial mu memakai isu dari data-data menyerupai yang saya sebutkan tadi.

Misal, pertanyaan keamanan akun email nya daerah kelahiran anak pertama, atau rumah sakit daerah kelahiran anak pertama, atau dokter yang membantu proses kelahiran anak pertama.

Bukankah yang demikian itu memudahkan para penjahat cyber atau hacker dalam membobol akun-akun langsung kita?

Contoh kecil lainnya adalah, keamanan akun rekening bank, hanyalah memakai nama kecil ibu kandung, bila saja para penjahat cyber mengetahui isu wacana ini, bukankah rekening bank kita rentan dibobol?

Mungkin ada dari kalian yang pernah menyaksikan atau melihat film dokumenter "Citizen Four"? atau dalam versi film nya "Snowden"? Dari film ini kita seharunya sanggup mengambil pelajaran dan berpikir lebih kritis lagi.

Banyak pola film-film dokumenter ataupun film fiksi ilmiah yang seharunya menjadi pelajaran bagi kita, sebut saja "Now You See Me", "iRobot", "Who Am I" dan lain sebagainya.

Akhir kata, biar apa yang saya sampaikan ini, menciptakan kita lebih kritis lagi dan lebih defensif lagi dalam membagi dan membuatkan data-data langsung kita. 

Ingat, jangan asal sebar isu data langsung kita di internet. Semoga bermanfaat dan terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel